Connect with us

Peristiwa

Batu Kura-Kura di Korsel Ternyata dari Bogor

Published

on

Batu Kura-Kura di Korsel Ternyata dari Bogor

REPORTASE INDONESIA – Korsel, Sebuah batu raksasa berbentuk kura-kura bertengger di sudut taman di sebuah Desa Yeoncheon, sebuah desa wisata tanaman herbal ( Herb Village) di tepi Sungai Imjin, Provinsi Gyeonggi Utara, Korea Selatan.

Para pengunjung tempat wisata ini sering berfoto didepannya, namun tak seorangpun tahu asalnya. Diameternya perlu sekitar 20 orang untuk melingkarinya, beratnya mencapai 72,5 Ton dan hanya orang tertentu yang mampu menggapai puncak punggungnya dengan tangan.

Batu ini berasal dari hutan lindung Haur Benter, desa Pasir Madang, Sukajaya, Kab. Bogor yang begitu heboh beritanya tahun 2008 hilang dari tempat aslinya, diangkut dengan truk tronton untuk “diekspor” ke negara Korea Selatan. Nama batu inipun kini berubah, dulu dinamakan “Batu Kuya” kini disebut “Batu Geobuk Daejang” atau Batu Harapan. Sebuah mitos lokal baru diciptakan, ” barangsiapa yang mampu menggapai punggungnya akan terkabul harapan dan keinginannya”.

Dari pemberitaan media Korea Selatan tahun 2013, adalah Yong Kwon Kim seorang konglomerat dari Korea Selatan, CEO dari Cheonggok Dopulwon sebuah perusahaan landskap yang dalam wawancaranya media ini menuliskan sang CEO “berhasil” membawa batu seberat 72 ton ini dari Indonesia ke tempatnya kini.

Lokasi tersebut adalah sebuah taman. Bagian dari sebuah Desa Wisata Herbal yang memiliki luas 17.000m2 dengan berbagai koleksi tanaman dan batu-batu unik termasuk Batu Kuya dari Kab. Bogor ini.

“Saat pertama kali melihat batu ini di Indonesia, saya terkesima. Itu adalah karya seni sejati yang diciptakan oleh alam. Saya bertekad untuk membawanya ke Korea dan bahkan memperoleh izin resmi, tetapi ketika pekerjaan pengangkatan itu hampir selesai, TV dan surat kabar lokal Indonesia membuat berita besar tentangnya dan mencegah saya mengambilnya.

Saya membujuk penduduk setempat, membersihkan lapangan sepak bola, dan bahkan merenovasi masjid. Setelah banyak kesulitan, saya akhirnya membawanya kembali. Butuh waktu empat tahun penuh.”

Pada tahun 2015 taman ini berpindah kepemilikan dalam sebuah lelang, kini dikelola oleh sebuah perusahaan bernama Mario Outlet. Yang sudah terjadi ya sudahlah, semoga Batu Kuya tetap terawat disana. (tw)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement