Otomotif
Biaya Mobil Listrik VS Mobil Bensin, Mana yang Lebih Kecil Jumlah Pengeluarannya?

REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Orang Indonesia itu tipikal kalau beli mobil salah satu yang dipertimbangkan adalah harga jual kembali. Prinsip kalau beli gak mau rugi, belum beli sudah mikir urusan dijual. Maka dari itu akan lebih memilih brand yang aman meskipuin fitur terbatas daripada mobil china yang memiliki fitur melimpah atau mobil barat second yang jelas nyaman dengan harga bekas yang murah. Prinsip yang sudah mendarah daging di masyarakat kita.
Sekarang muncul pilihan baru yaitu mobil listrik. Bahasa marketing dealer mobil listrik yang mereka andalkan adalah Biaya Mobil Listrik itu jauh lebih murah daripada mobil bensin. Anda beli bensin 500rb dipake untuk seminggu, jika mobil listrik 400rb untuk 1 bulan..bahasa marketing cukup menarik.
Tapi apa benar βBiayaβ mobil Listrik itu lebih murah daripada mobil bensin? Mari kita cek:
Jadi jika bicara biaya mobil itu tidak hanya biaya pajaknya, biaya perawatan rutin, biaya operasional dll. Barang termasuk mobil sebenarnya ada hidden cost yaitu biaya depresiasi. Depresiasi itu adalah penurunan nilai aset. Depresiasi ini harusnya juga ikut dipertimbangkan, meskipun secara biaya riil tidak dirasakan langsung. Depresiasi dalam akuntansi adalah cost/biaya dan itu dalam perhitungan laba atau rugi.
Si Fitra Eri di youtube nya mau menjual mobil listriknya Hyundai Ioniq 5. Katanya dulu beli 800jt. Lihat di market place harga Ioniq 2022 itu second kisaran 450jt. Jadi Seandainya dijual maka turun 350jt atau sekitar 40% an dalam 3 tahun. Termasuk gede sekali depresiasi penurunan nilai mobilnya.
Coba bandingkan dengan Toyota Kijang Innova Reborn pada tahun sama harga baru 470jt, harga bekas di 2022 masih kisaran 425jt. Artinya harganya terdepresiasi 45jt an, hanya 9,5% saja.
Mari hitung dulu biaya rutin BBM. Misal seandainya kita pakai Mobil Listrik biaya Listrik utk menjalankan mobil itu kita keluar uang 500rb per bulan. Sedangkan jika kita bandingkan dengan pakai mobil kijang innova kita keluar biaya 1.5jt. Jika diasumsikan 1 tahun maka biaya mobil listrik Ioniq 5 tadi 6jtan, sedangkan innova 18jt per tahun. Terlihat jauh lebih hemat mobil listrik dari duit yang kita rutin keluarkan tiap bulan.
Lalu coba hitung secara lengkap asumsi 3 tahun kita jual mobilnya dengan memasukan depresiasi nilai. Maka biaya mana yang paling gede. Untuk ioniq 5 itu biaya charging listrik 6jt/tahun untuk 3 tahun biaya nya adalah 18jt ditambah depresiasi 350jt, maka kurang lebih total biaya 460jt.
Sedangkan Kijang innova biaya bensin 45jt untuk 3 tahun ditambah depresiasi 45jt, mungkin ditambah pajak per tahun 5jt maka total biaya 105 jt. Jadi kita bisa melihat signifikan perbedaan, biayanya 450jt (Hyundai Ioniq) vs 105jt (Toyota Innova). Pada akhirnya ketika menjual kita lebih rugi ketika menjual mobil listrik.
Ternyata besar mobil listrik biaya totalnya, belum lagi jik mobil listriknya dari china. Saat ini teknologi mobil listrik baru berkembang pesat, beda tahun sudah serasa beda teknologi.
Akhirnya terlihat tertinggal dan harga jual jatuh cukup dalam. Bisa diambil contoh juga mobil listrik Wuling Air ev Long Range tahun 2022 pertama kali diluncurkan seharga 295jt OTR, sekarang harga second nya hanya 160jt an. Sudah turun 130jt dalam 3 tahun. Wuling Cloud Pro mobil keluaran tahun 2024, harga second tahun 2025 sudah turun 120jt an dari harga baru 450jt sekarang second gak sampai 320jt an. Padahal kilometer belum ada 4000km, baru setahun di rilis. Dibalik fitur berlimpah, penurunan harga jual yg signifikan masih jadi kekurangan mobil china.
Hitungan diatas hanya sebatas hitungan kasar, pendekatan saja, karena agak susah mencari perbandingan apple to apple dengan harga yang sama , tipe mobil yang sama. Jika memilih mobil kita masih menghitung untung rugi, maka hidden cost “depresiasi harga mobil” itu penting menjadi bagian perhitungan, kecuali anda tipe penikmat. (utw)
