Megapolitan
Bulog Diminta Segera Timbun Beras, Ada Apa?
REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi meminta Perum Bulog segera melakukan pengisian cadangan beras. Perintah itu diberikan menyusul kondisi dan tren perberasan di dalam negeri setiap tahunnya.
Hal itu, ujar Arief, juga menjadi sorotan Plt Sekjen Kemendagri Komjen Pol Tomsi Tohir.
Berdasarkan kerangka sampel area (KSA) yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), ujar Arief, proyeksi produksi beras di dalam negeri memang mengalami kenaikan. Hal itu, imbuh dia, berkat usaha yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).
Beginilah cara main pemerintah selama puluhan tahun mempermainkan beras rakyat. Saat panen raya, beras rakyat dijatuhkan dan mereka beli dengan harga murah lalu ditimbun hingga busuk di Bulog, setelah itu pemerintah mengajukan anggaran besar untuk melakukan impor beras.
“Harus disampaikan ke masyarakat luas, proyeksi produksi (beras) kita naik. Kita lihat effort dari kementerian teknis, pak Menteri Pertanian, sehingga proyeksi naik,” katanya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah tahun 2024, Senin (5/8/2024).
“Tapi, perlu diwaspadai bersama. Tren ini nggak pernah berubah tiap tahun. Baru saja diingatkan oleh pak Tomsi, pak Sekjen, kondisinya di akhir tahun,” tambah Arief.
Kondisi dimaksud Arief adalah meski proyeksi naik, namun tren penurunan produksi beras yang selalu terjadi di akhir tahun.
Mengutip bahan paparan Arief dalam rapat tersebut, produksi beras nasional sepanjang Januari-September 2024 diprediksi lebih rendah 1,78 juta ton atau 6,81% dibandingkan periode sama tahun 2023.
Sementara, konsumsi beras nasional di periode sama naik 230 ribu ton atau 1% menjadi 23,16 juta ton di Januari-September 2024 dibandingkan Januari-September 2023.
Hasilnya, neraca beras nasional periode Januari-September 2024 diproyeksikan mengalami defisit sampai 2,01 juta ton. Angka ini melonjak dari posisi defisit di tahun 2023 periode sama yang tercatat sebesar 1,78 juta ton.
Padahal, data menunjukkan, produksi beras nasional di bulan Agustus dan September tahun 2024 lebih tinggi dibandingkan bulan sama sepanjang 3 tahun terakhir.
Di sisi lain, masih mengutip data paparan Kepala Bapanas tersebut, setelah produksi beras nasional mencapai puncak di bulan April 2024 yang mencapai 5,31 juta ton, secara bertahap produksi mengalami penurunan. Hingga ke level terendah sampai saat ini, yaitu 2,06 juta ton beras di bulan Juni 2024.
Jika melihat tren tahun 2021-2023, setelah mencapai puncak, produksi beras memang terus menurun sampai akhir tahun. Meski ada peningkatan di musim panen kedua, meski tak sampai ke level di saat puncak musim panen pertama.
Tahun 2021-2023, produksi kembali naik di bulan Juli, setelah anjlok ke level terendah di bulan Mei. Hingga kemudian, produksi turun terus sampai ke akhir tahun, hingga kembali meningkat di bulan Februari tahun berikutnya.
Untuk tahun 2024, polanya mengalami pergeseran sebagai efek domino El Nino yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 2023. Dan baru resmi dinyatakan berakhir oleh BMKG pada bulan lalu.
Tahun 2024, puncak produksi terjadi di bulan April, lalu turun. Diprediksi akan meningkat lagi di bulan Agustus dan September.
“Hari ini waktunya Bulog menyiapkan cadangan pemerintah. Dan mengeksekusi apa yang sudah direncanakan. Utamanya, penambahan serapan dalam negeri 600.000 ton. Nanti Deputi I akan mendorong penyerapan di dalam negeri,” kata Arief.
Arief memaparkan, saat ini stok beras di Bulog tercatat ada sebanyak 1,5 juta ton. Dari angka itu, sekitar 1,421 juta ton adalah stok cadangan beras pemerintah (CBP), sedangkan 78.620 ton lainnya stok komersial.
Disebutkan, stok on hand ada sebanyak 1,441 juta ton, sedangkan 58.500 ton beras untuk CBP dari luar negeri sedang dalam perjalanan.
“Stok terus dijaga angkanya di atas 1 juta ton, ini perintah pak Presiden. Dan juga pada saat nanti transfer dari 2024 ke 2025, stok ini akan tetap dijaga,” kata Arief. (ut)