Politik
Demokrasi yang Bernyawa: Saat Berpikir Kritis Menjadi Nafasnya

REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Demokrasi bukan sekadar sistem pemerintahan, ia adalah denyut kehidupan yang bergerak bersama kesadaran warganya. Sebuah bangsa yang kuat bukanlah bangsa yang hanya memilih pemimpinnya di segala tingkat, tetapi bangsa yang bertanya dan menimbang dengan jernih setiap keputusan yang diambil. Demokrasi yang hidup adalah demokrasi yang dihidupi oleh pikiran yang kritis, oleh masyarakat yang tidak sekadar menerima, tetapi berani menganalisis, menggali, dan mendukung kebijakan yang berpihak pada kepentingan bersama.
Berpikir kritis adalah tameng bagi demokrasi dari jebakan disinformasi dan polarisasi. Ia adalah pelita yang menerangi jalan di tengah derasnya arus propaganda dan kepentingan sesaat. Tanpanya, demokrasi bisa berubah menjadi sekadar ritual, kehilangan esensinya, dan mudah terombang-ambing oleh manipulasi. Namun, berpikir kritis tidak tumbuh begitu saja. Ia membutuhkan lahan subur berupa pendidikan yang membebaskan, media yang bertanggung jawab, dan ruang dialog yang sehat.
Menumbuhkan demokrasi berarti menumbuhkan keberanian untuk bertanya dan berpikir lebih dalam. Karena demokrasi yang sejati bukan hanya tentang suara yang dihitung, tetapi juga tentang pemikiran yang dipertajam. (utw)
