Olahraga
Harus Realistis untuk Timnas Indonesia
REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Jangan menuntut Timnas terlalu tinggi di Piala Asia nanti. Lawan Jepang dan Irak, tidak dicukur saja sudah syukur.
Target realistis, cukup menang lawan Vietnam saja.
Mari kita pegang prinsip “Menang kusanjung, kalah kudukung.”
Mencintai Timnas itu, harus seperti mencintai anak darah daging kita sendiri. Bagaimanapun kondisinya, tetap kita sayang dan dukung. .
Tidak ada orang tua waras yang menghina anaknya yang gagal. Tak kan hilang sayang orang tua pada anaknya saat sang anak terpuruk. Justru tetap mendukung, menghibur, dan memberi semangat agar si anak bangkit.
Begitu seharusnya mencintai Timnas. Sebuah cinta tanpa syarat.
Jika kita tidak bisa begitu, berarti bukan pencinta Timnas sejati.
Yang jadi permasalah dari tahun ke tahun adalah pola regenarasi pemain yang tidak berjalan mulus, apalagi ditambah terlalu banyaknya pemain naturalisasi yang bisa membahayakan peremajaan pemain lokal timnas. Semangat, Garudaku!
Timnas Indonesia mengadakan acara meet and greet di KBRI Doha Qatar yang dihadiri oleh tiga pemain asal Aceh yang bermain di Liga Qatar. Mereka adalah:
- Muhammad Ali Rahman, bermain untuk Al-Gharafa.
- Andri Syahputra, bermain untuk Muaither SC.
- Khuwailid Mustafa, bermain untuk Lusail SC.
Muhammad Ali Rahman, yang akrab dipanggil Ali Syahrian Tampo, adalah seorang gelandang kelahiran tahun 2000. Saat ini, ia telah bergabung dengan tim senior Al Gharafa di QSL. Ali sangat berminat untuk membela Timnas Indonesia, namun hingga saat ini belum mendapatkan panggilan. Pada tahun 2011, Ali Syahrian Tampo pernah dipanggil oleh Indra Sjafri untuk seleksi bersama Timnas Indonesia U-16.
Khuwailid Mustafa, juga merupakan seorang gelandang kelahiran tahun 2000, berkarir di Lusail SC. Ayah Khuwailid sangat berharap agar Khuwailid dapat menjadi bagian dari Timnas Indonesia. Pada tahun 2018, Khuwailid sempat pulang ke Aceh dan berlatih bersama Persiraja ketika liga Qatar sedang libur, dan Persiraja menyambutnya dengan baik.
Andri Syahputra, meskipun lahir di Aceh, lebih memilih bermain untuk Timnas Qatar. Kita harus menghormati keputusannya dan tidak menghujatnya. Saat ini, Andri baru bermain untuk Timnas Qatar di level kelompok umur dan belum bermain untuk Timnas Qatar senior.
Sebenarnya, di Qatar terdapat seorang pemain muda yang berusia 17 tahun dan sangat berpotensi, yaitu Abdurahman Iwan. Namun sayangnya, PSSI tidak pernah memperhatikan dia, padahal ia sangat berharap dapat dipanggil untuk Timnas Indonesia. Saat ini, Abdurahman Iwan membela Timnas Qatar di level kelompok umur, meskipun keluarganya sepenuhnya berkebangsaan Indonesia.
Semoga Khuwailid dan Ali mendapatkan kesempatan untuk membela Timnas Indonesia, dan semoga PSSI dapat melirik Abdurahman Iwan untuk bergabung dengan Timnas Indonesia, karena dia memiliki potensi yang sangat besar.
Kami juga menghimbau untuk menghormati keputusan Andri yang memilih bermain untuk Qatar, dan tidak menyerang atau menghujatnya di akun Instagram pribadinya. Mari kita menjadi dewasa dalam menyikapi hal ini, teman-teman.
Seharunya STY dan pihak PSSI lebih cermat mengamati pemain asli Indonesia yang bermain di luar negeri, terutama di negara yang akan dijadikan tempat piala Asia diadakan. (tri)