Connect with us

Politik

Hasil Resmi dari KPU Belum Dikeluarkan, Kubu Prabowa Merasa Sudah Menang dari Quick Count

Published

on

REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di hitung cepat Pilpres 2024 dinilai cacat oleh aktivis demokrasi, sedangkan peneliti media khawatir kebebasan pers bakal terancam. Namun kubu Prabowo membantah tudingan dan sangkaan itu.

Aktivis demokrasi dari Usman Hamid menyebut kemenangan Prabowo cacat karena dipenuhi praktik kecurangan yang terstruktur, sistematis dan masif.

Kecurangan itu, katanya, dimulai dari keputusan Mahkamah Konstitusi yang kontroversial, penyalahgunaan peran aparatur negara dan penyelewengan bantuan sosial.

yang anehnya, Hasil resmi dari KPU belum dikeluarkan, kubu Prabowa merasa sudah menang hanya dari hasil Quick Count. Belajarlah dari pengalaman di pilpres 2019.

Peneliti media, Ignatius Haryanto, juga menyatakan khawatir kebebasan pers bakal terancam. Pasalnya rekam jejak Prabowo di masa lalu yang berulang kali menunjukkan watak antikritik saat berurusan dengan pers.

Pada Rabu (15/02) malam, Prabowo-Gibran tampil di depan para pendukungnya menyambut hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survey yang menyebut pihaknya unggul sementara ini.

“Semua penghitungan semua lembaga survei termasuk lembaga-lembaga yang berada di tiap-tiap paslon lain menunjukkan angka-angka yang memang paslon Prabowo-Gibran menang sekali putaran,” kata Prabowo dengan penuh keyakinan.

Meskipun demikian, dia mengimbau untuk menunggu pula hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Kenyataan dilapangan patut diwaspadai, karena ternyata masih ada penggelembungan suara yang akhirnya bisa menimbulkan kecurangan.

Jangan Terjebak Quick Count Lembaga Survei, Tunggu Real Count

Ada satu hal yang penting, Jangan terjebak menerima “quick count” (hitungan cepat) yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survei. Berpeganglah pada “real count” (hitungan nyata) oleh KPU untuk pilpres 2024.

Ambil sikap untuk hanya menggunakan hitungan nyata oleh KPU berdasarkan semua lembar C-Hasil (yang dulu disebut C1). Metode hitungan cepat sifatnya prediktif atau perkiraan. Ini biasanya dilakukan oleh lembaga-lembaga survei seperti LSI Denny JA, IndoBaromete, Charta Politika, SMRC, Poltracking, Voxpol, dan sebagainya yang mungkin disiarkan oleh banyak sitasiun televisi.

Sekali lagi, jangan sampai tergiring untuk mengakui hitungan cepat. Kalau gara-gara real count itu pengumuman pemenangan agak lama, tidak masalah. Yang penting prinsip jujur dan adil tertegakkan.

Mengapa kita harus berpegang pada real count? Sederhana saja. Karena hitungan cepat itu dilakukan dengan menggunakan sampel. Penggunaan sampel sangat terbuka untuk dimanipulasi oleh stasiun-stasiun televisi tertentu yang mungkin sudah membuat kesepakatan transaksional dengan paslon tertentu yang bukan 01.

Untuk pilpres 2024 ini, seharusnya bisa menegaskan kepada KPU dan Bawaslu tentang penolakan terhadap quick count. Sebab, besar sekali peluang untuk menyelewengkan angka-angka prediksi.

Dengan real count pun kita harus waspada. Karena KPU dengan kinerja yang ada saat ini sulit dipercaya. Ketua KPU, Hasyim Asy’ari, sudah menerima tiga surat peringatan keras terakhir karena melakukan pelanggaran berat etika. Namun, dia tetap duduk di kursi ketua. Ini mengindikasikan bahwa Hasyim dilindungin oleh Presiden Jokowi.

Semua orang memang “wajib” meyakini bahwa Jokowi akan melakukan apa saja untuk memastikan agar anaknya, Gibran Rakabuming, menjadi wakil presiden. Para penguasa yang dikooptasi dan berada di bawah kendali Jokowi dipastikan akan membantu Gibran. Semua tindakan akan mereka lakukan. Termasuk pencurangan hasil pilpres.

Gejala pencurangan sangat nyata. Mulai dari dua tahun yang lalu hingga saat ini para penguasa sudah melakukan langkah-langkah curang. Semua langkah pencurangan dalam proses pilpres patut diduga melibatkan Presiden Jokowi. Ini sangat masuk akal.

Jokowi takut kehilangan kekuasaan. Dia tunjukkan dengan berbagai upaya untuk terus berkuasa. Jokowi mencoba upaya tiga periode, gagal. Penambahan 2-3 tahun, juga gagal. Terakhir, upaya Jokowi untuk menjegal Anies ikut pilpres pun gagal.

Setelah semua upaya gagal, satu-satunya yang tersisa adalah mencurangi hasil pilpres. Termasuklah survei atau jajak pendapat yang dipesan untuk mengunggulkan Prabowo-Gibran.

Mayoritas lembaga survei pun menyetel hasil sesuai pesanan. Paslon 02 selalu tinggi. Tujuannya adalah “brain washing” (cuci otak) terhadap publik. Supaya mereka tergiring untuk percaya Gibran menang. Padahal, ada lembaga survei independen yang menempatkan paslon Amin 01 di angka 32.41% dan Pra-Gib 02 32.02% –Amin unggul tipis.

Seharusnya berpegang pada angka survei independen ini. Sebab, hasil survei ini lebih logis menunjukkan situasi di lapangan yang didominasi oleh interaksi Anies dengan masyarakat secara langsung di banyak tempat.

Masyarakat bisa melakukan quick count sendiri. Yaitu dengan pemantauan di semua TPS.

Mereka bisa mengambil foto C-Hasil dan mengirimkan angka-angka yang tertera di C-Hasil itu ke aplikasi quick count sendiri yang aplikasinya disediakan oleh Timnas yaitu “da4i.net”. Ada pula aplikasi “Warja Jaga Suara” yang dibuat oleh Eep Saefullah Fatah, mantan pendukung kuat Jokowi.

Jika Amin 01 punya saksi luar di semua TPS di Indonesia, maka mereka bisa melaporkan angka-angka hasil pilpres lewat aplikasi-aplikasi tersebut. Hasilnya bisa langsung diketahui sekitar pukul 17.00 pada hari pencoblosan. Kecepatannya sama dengan quick count. (tw)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement