Ekonomi
Kiprah UMKM Kopi Giras Asal Lamongan: Sukses di Pasar Timur Tengah, Kopi Lokal Rasa Internasional
REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Meski baru beberapa tahun menjalani usaha, Ahmad sudah punya pasar yang luas untuk produk kopi buatannya yang diberi nama Kopi Giras. Pemuda lajang asal Lamongan ini memilih memasarkan produk kopinya dengan cara B to B (Business to Business).
“Saat ini sudah saya pasarkan di 45 kota di Indonesia. Juga sudah masuk ke pasar ekspor, seperti di Bahrain, Qatar, Malaysia, Australia, Afrika Selatan, Nigeria, dan saat ini sedang proses ke Arab Saudi dan negara Timur Tengah lainnya,” kata Ahmad, 28, saat ditemui disela kegiatan Business Matching UKM Jawa Timur dengan Jepang yang diinisiasi Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jatim, pekan lalu.
Inspirasi usaha produk kopi Giras Ahmad berasal dari biji kopi Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Kemudian diroasting dan dipasarkan dengan kemasan aluminium foil dirangkap kemasan dari kertas model vintage. Ada yang roasting berupa biji kopi, dan ada pula yang sudah bubuk.
“Hampir semua pasar ambil dua jenis. Ada yang bubuk dan biji kopi. Rata-rata konsumen kami adalah usaha cafe kopi, restauran dan sejenisnya, yang langsung ke end user,” jelas Ahmad di lamongan (3/11/2023).
Untuk usaha ini, Ahmad dengan salah satu pamannya, mulai dengan mencari bahan baku.
Kemudian dari bahan baku itu dibawa ke tempat produksi mereka di Lamongan.
Tercatat nilai modal yang mereka kembangkan sekitar Rp 200 juta.
Nilai itu untuk pembelian bahan baku biji kopi dan peralatan.
Untuk tenaga kerja, dari yang dilakukan sendiri, kini sudah ada tiga karyawan bagian produksi, dan ditambah lima orang untuk marketing.
“Juga ada pemberdayaan dari tetangga dan orang-orang yang bersedia membantu kami dengan melakukan pemilihan biji dan membantu pengemasan. Jumlahnya lumayan,” ungkap Ahmad.
Saat ini, rata-rata produksi untuk kedua jenis produk, yaitu biji kopi roasting dan bubuk, sudah sekitar 20 ton dengan empat mesin pengolahan, di mana tahap awal dulu hanya sekitar 100 kilogram (kg).
Ahmad mengaku dengan mengikuti kegiatan yang digelar BI KPw Jatim ini, pihaknya membidik pasar Jepang.
Dia melihat potensi pasar di Jepang yang cukup bagus.
“Nah, selain kenalkan produk, kami juga berharap bisa meningkatkan kapasitas produksi. Tentunya kalau mau ekpansi ke Jepang, dari informasi yang kami dapat, harus bisa memberikan kualitas dan kapasitas yang tinggi,” ungkap Ahmad.
Saat ini, rata-rata produksi untuk kedua jenis produk, yaitu biji kopi roasting dan bubuk, sudah sekitar 20 ton dengan empat mesin pengolahan, di mana tahap awal dulu hanya sekitar 100 kilogram (kg).
Ahmad mengaku dengan mengikuti kegiatan yang digelar BI KPw Jatim ini, pihaknya membidik pasar Jepang.
Dia melihat potensi pasar di Jepang yang cukup bagus.
“Nah, selain kenalkan produk, kami juga berharap bisa meningkatkan kapasitas produksi. Tentunya kalau mau ekpansi ke Jepang, dari informasi yang kami dapat, harus bisa memberikan kualitas dan kapasitas yang tinggi,” ungkap Ahmad.
Saat ini, dengan seorang pamannya, Ahmad berbagi tugas.
Sang paman, mencari pasar, terutama pasar ekspor, Ahmad meningkatkan kapasitas produksi.
Dirinya tidak ingin ketika permintaan naik, tapi kemudian terhambat kapasitas.
“Kami berusaha terus kembangkan modal dan bahan baku, mengingat pasar kopi terus meningkat. Baik lokal maupun ekspor,” ungkap Ahmad, yang menggunakan nama perusahaan dengan CV Graha Rejeki Indonesia tersebut. (ut)