Keamanan
Kontroversi Jejak Ponpes Sesat Al Zaytun dan Tudingan Aliran Dana ke Para Jenderal
REPORTASE INDONESIA – Indramayu, Ponpes sesat Al Zaytun menjadi sorotan menyusul sejumlah paham atau ajarannya yang dianggap menyesatkan.
Tidak hanya itu, ponpes yang dinakhodai oleh Panji Gumilang ini juga disebut-sebut memiliki keterkaitan dengan NII KW 9. Inilah mengapa desakan dari ormas Islam begitu kuat meminta agar Al Zaytun dibubarkan.
“Itu (dorongan pembubaran atau pencabutan izin Al-Zaytun) nanti dianalisis, semuanya akan dikaji,” ujar Wakil Sekjen Bidang Hukum dan HAM MUI, Ikhsan Abdullah, usai rapat membahas perkembangan isu aktual terkait dengan Pondok Pesantren Al Zaytun sesat di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (21/6/2023).
Al Zaytun bukan pesantren yang baru berdiri. Pesantren ini telah dibangun sejak 1993 atau saat Orde Baru (Orba) berkuasa. Meski kerap dianggap menyimpang, pesantren ini tetap berdiri tegak. Muridnya berdatangan dari sejumlah daerah.
Pengamat terorisme, Al Chaidar, menyebut besarnya dana yang terkumpul dari para anggota NII KW 9 yang dipimpin oleh pendiri Ma’had Al Zaytun, Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, turut mengalir dan dinikmati oleh sejumlah jenderal dan pejabat era orde baru yang kini masih memiliki pengaruh besar.
Ada Salah satu Jenderal purnawirawan yang merasa paling NKRI mengungkapkan perihal Al Zaytun, “Siapa yang memusuhi Al Zaytun adalah musuh saya,” ungkap AM. Hedropriyono.
Menurut dia, sejak awal berdiri, NII KW 9 sejatinya memiliki misi untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya dana masyarakat.
“Jadi untuk memperkaya diri sendiri-sendiri saja dan beberapa jenderal-jenderal pendukung dia. Ya, pejabat-pejabat di Orba dulu sampai sekarang. (Apa sekarang masih ada aliran dana ke pejabat-pejabat itu?) Ya, masih ada, yang (dana untuk) Al Zaytun itu, yang sekolah itu hanya 10 persen dari dana yang terkumpul, 90 persennya kan untuk masuk ke kantong jenderal-jenderal itu,” kata Al Chaidar pada Rabu (21/06/2023).
Saat Para Wali Santri Al Zaytun Buka Suara: Kami Menyampaikan Sejumlah Rp 255.700.000
Wali Santri Mahad Al Zaytun Indramayu menyampaikan mengenai kesan mereka terhadap lembaga pendidikan di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu.
Kesan dan pesan dari wali santri tersebut disampaikan saat peringatan 1 Muharram yang belakangan potongan videonya viral di media sosial, gara-gara salam Havenu Shalom Alaichem.
Wali Santri Jawa Timur, Rudiyanto salah satu yang menyampaikan sambutan di kesempatan itu. Dia berpesan kepada wali santri untuk mewujudkan cita-cita bersama.
“Para wali santri sebagai wujud menciptakan Indonesia Kuat dalam pembangunan periode kedua. Kami seluruh wali santri menyampaikan sodakoh sejumlah Rp 255.700.000,” kata Rudiyanto dalam kesempatan itu.
Karena itu, dirinya juga mengajak kepada seluruh wali santri, tetap terus membangun bersama untuk terwujudnya cita-cita besar membangun melalui LKM Rahmatan Lil Alamin.
Dalam kesempatan yang sama, Totok Dwi Hananto, Wali Santri dari Jawa Tengah mengungkapkan bahwa sangat bersyukur, sekaligus kami ucapkan terima kasih. Sebab, syekh senantisa memberikan bimbingan dan wawasan serta ilmu.
“Pada satu ketika, pertama kali diajak melihat pembangunan kapal di Samudra Biru. Ditanya oleh syekh: Tahu nggak, Nabi Nuh bikin kapal belajarnya dari mana? Ketika itu, kami kaget. Sebuah pertanyaan yang tidak pernah disangka,” katanya.
Ketika masih bengong tidak bisa menjawab, syekh menyampaikan: Ada orang bertanya, apakah syekh bisa bikin kapal? Jawab syekh: kita bisa bikin kapal dengan belajar dari alam.
Demikian juga, apa yang telah diperbuat oleh syekh dengan kelengkapan sarana tidak lepas dari hasil pembelajaran kepada alam. Apa yang dibutuhkan oleh alam dan apa yang bisa diperbuat dari alam ini.
“Mari kita dukung bersama ajakan syekh, jadilah orang yang bisa digerakan. Jangan jadi orang yang tidak bisa digerakan. Mari kita maju, maju, terus maju. Maju membangun negara,” bebernya.
Hal senada juga disampaikan perwakilan Wali Santri Jawa Barat meliputi Garut, Bandung, Sumedang, dan Bogor, Usep Saepulloh mengungkapkan, pendidikan itu bukan sebagai sebuah pengajaran.
“Pendidikan menciptakan habit atau kebiasaan hidup yang positif. Pengajaran itu ada di kelas. Pendidikan ada di seluruh area,” bebernya. (tri)
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=174367985608326&id=100091053757179&mibextid=Nif5oz
https://www.facebook.com/100086740099015/videos/989215012257058/?mibextid=Nif5oz