Connect with us

Hiburan

Lomba 17 Agustusan, Mengapa menjijikkan dan Tidak Mendidik?

Published

on

REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Sempat melihat di reels, captionnya inspirasi lomba 17-an. Tau lombanya? Lomba makan pisang.

Apa yang aneh? Apa yang menjijikkan? Kan cuman makan pisang!

Sekilas biasa aja. Pisang, dikupas, digantung di tali seperti lomba makan kerupuk. Tapi, yang epic, karena kemudian panitia lombanya datang, bawa kaleng SKM. Susu Kental Manis putih.

Pisang yang digantung tadi, dicelup ke dalam kaleng susu. Dan seketika, semua peserta lomba yang notabene adalah ibu-ibu ngakak. Mereka semua ngakak.

Apanya yang lucu? Jijik yang ada!

“Ah, kan cuman pisang! Elu aja yang mikirnya kejauhan!”

Oh, ayolah. Kita emang bukan sodara dan berasal dari belahan bumi berbeda. Tapi, aku yakin persepsi kita sama. Kalo nggak, ngapain pada ketawa?

Lagi. Masih nemu di reels. Lomba memasukkan sesuatu. Tapi, bukan kayak jaman kecilku dulu, yang lomba masukin pensil ke botol. Bukan.

Kali ini, lombanya berpasangan. Laki-laki dan perempuan dewasa. Di bagian depan badan di laki-laki digantungin terong, menggunakan seutas tali di pinggang. Sementara perempuannya diikatkan benda seperti gelas, sama, di bagian depan badannya.

Semua orang ketawa saat lomba berlangsung. Tapi, aku yang nonton nggak. Apanya yang lucu? Jijik!

Udah ketebak gerakan mereka? Udah? Kalo belum, mungkin pikiranku yang emang kejauhan.

Satu lagi. Memecahkan balon. Sama, peserta berpasangan laki-laki dan perempuan dewasa. Lombanya biasa. Tapi, menjadi tidak biasa saat balonnya ada di depan, tepat di depan ke-ma-luan!

Awalnya mungkin lucu-lucuan ya, makin lama … sama, makin jijik lihatnya. Kenapa balonnya gak disimpen kursi aja trus didudukin? Atau di punggung, di jidat, atau di bagian tubuh belakang aja?

Buat panitia lomba, plisss banget. Lomba itu menyenangkan. Seru. Meriah. Isi dengan hal meriah juga, tanpa perlu menyisipkan lomba dengan adegan seronok.

Kenapa?

Karena ada anak-anak yang nonton. Jangan cuman ngomong adab, moral, tapi pas ada kegiatan malah menyodorkan hal-hal nggilani dibungkus alibi menyenangkan, lucu, seru.

Buat panitia lomba 17-an di mana pun berada, lebih baik bikin lomba jadul. Gak pa-pa gak ikut jaman, tapi seru. Nggak usah kelewatan kreatif, sampai mempertontonkan hal menjijikkan.

Setuju ra setuju, karepmu. Tapi, tolong sampaikan ini ke bapakmu, pakdemu, atau siapa saja anggota keluargamu yang jadi panitia 17-an.

Karena yang saru tetep saru meskipun dibungkus kata seru. Jangan sampai yang saru itulah yang ditiru anak cucumu. (tw)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement