Connect with us

Ekonomi

Mahfud MD Sebut 491 ASN Kemenkeu Diduga Terlibat Pencucian Uang Rp.349 Triliun

Published

on

REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Menkopolhukam Mahfud MD menyatakan ada sebanyak 491 orang aparatur sipil negara (ASN) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang terlibat dalam dugaan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) senilai Rp.349 triliun.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sekaligus Ketua Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TPPU tersebut menyatakan hal itu dalam rapat dengar pendapat umum dengan Komisi III DPR semalam.

“Yang terlibat di sini jumlah entitas dari Kemenkeu 491 orang,” kata Mahfud dalam di Gedung DPR, Jakarta, Rabu malam, 29 Maret 2023. Sebanyak 491 entitas ASN Kemenkeu tersebut terdiri atas tiga kelompok laporan hasil analisis (LHA).

Kategori pertama, adalah transaksi keuangan mencurigakan pegawai Kemenkeu dengan jumlah Rp 35.548.999.231.280, melibatkan 461 ASN Kemenkeu.

Kedua, transaksi keuangan mencurigakan yang diduga melibatkan pegawai Kemenkeu dan pihak lain dengan nilai transaksi Rp 53.821.874.839.402, yang melibatkan 30 ASN Kemenkeu.

Ketiga, transaksi keuangan mencurigakan terkait kewenangan Kemenkeu sebagai penyidik tidak pidana asal dan TPPU yang belum diperoleh data keterlibatan pegawai di kementerian tersebut. Nilai transaksinya mencapai Rp 260.503.313.306 dan tidak melibatkan entitas ASN Kemenkeu.

Kasus Rafael beda dengan dugaan pencucian uang

Dalam penjelasannya, Mahfud memastikan kasus mantan pejabat Pajak Rafael Alun Trisambodo berbeda dengan kasus dugaan TPPU. “Rafael sudah ditangkap, selesai. Di laporan ini ada jaringannya. Bukan Rafael. Itu (kasus Rafael) kan pidana, bukan TPPU” ucap Mahfud.

Adapun Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya memastikan bahwa dari transaksi mencurigakan senilai Rp 349 triliun, hanya Rp 3,3 triliun yang berkaitan dengan pegawai Kemenkeu. “Dan itu sudah seperti yang saya sampaikan, sudah ditindaklanjuti, ya,” ujar dia setelah rapat kerja bersama Komisi XI di Gedung DPR, Jakarta Pusat, pada Senin lalu, 27 Maret 2023.

Kemenkeu juga telah mengambil langkah-langkah korektif terhadap 193 dari pegawainya. “Kalau ada transaksi yang kemudian berhubungan dengan fraud yang kemudian ada indikasi pidana, kita kemudian menyampaikan ke aparat penegak hukum,” ucap Sri Mulyani.

Penjelasan Sri Mulyani soal transaksi Rp 349 triliun

Soal angka Rp 349 triliun, menurut Sri Mulyani didapat dari sebanyak 100 surat pertama yang masuk dari PPATK ke aparat penegak hukum lain dan bukan ke Kemenkeu. Menurut dia, 100 surat PPATK ke aparat penegak hukum lain itu nilai transaksinya sebesar Rp 74 triliun untuk periode 2009-2023.

Berikutnya, nilai transaksi Rp 253 triliun yang tertulis dalam 65 surat adalah data perusahaan dari transaksi debit kredit operasional-perusahaan dan korporasi yang tidak ada kaitannya dengan pegawai Kemenkeu.

Sri Mulyani menyebutkan nilai transaksi sebesar itu ada yang dilaporkan dengan fungsi pajak dan bea cukai. Ada juga nilai transaksi besar yang disebut senilai Rp 189 triliun pada salah satu surat. “Itu sangat besar, maka kami melihat apa itu,” ucapnya.

Lebih jauh bendahara negara itu menyebutkan transaksi janggal yang benar-benar berhubungan dengan Kemenkeu dan menyangkut tupoksi pegawai Kemenkeu ada 135 surat dengan nilai Rp 22 triliun. Sri Mulyani juga menegaskan soal angka nilai transaksi Rp 18,7 triliun yang ternyata menyangkut transaksi korporasi, atau tidak ada hubungannya sama sekali dengan Kemenkeu.  

“Jadi yang benar-benar nanti berhubungan dengan pegawai Kemenkeu itu Rp 3,3 triliun, ini 2009 hingga 2023, 15 tahun seluruh transaksi debit kredit pegawai yang di-inquiry, termasuk penghasilan resmi, transaksi dengan keluarga, jual beli aset, jual beli rumah,” ucap Sri Mulyani. (utw)

Ekonomi

Kata Pengamat soal APBN Digadaikan Sebagai Jaminan Utang Kereta Cepat

Published

on

REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Menteri Keuangan Sri Mulyani memastikan pemerintah memberikan penjaminan pinjaman untuk proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta – Bandung (KCJB).

Komitmen itu tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2023 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Penjaminan Pemerintah untuk Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat Antara Jakarta dan Bandung.

Beleid diteken Sri Mulyani pada 31 Agustus lalu. Beleid mengatur soal penyediaan jaminan pemerintah bagi pencarian pendanaan dalam rangka menutup kenaikan atau perubahan biaya Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Penjaminan diberikan terhadap seluruh kewajiban keuangan PT KAI yang timbul akibat pembengkakan biaya proyek tersebut, baik pokok pinjaman, bunga atau biaya lain yang timbul akibat utang-utang tersebut.

Jaminan diberikan dengan mempertimbangkan berbagai prinsip.

“Kemampuan keuangan negara, kesinambungan fiskal dan pengelolaan risiko fiskal,” kata beleid itu.

Sri Mulyani mengatakan penjaminan proyek KCJB diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2021. Penjaminan diberikan karena terjadi pembengkakan biaya proyek yang memicu lahirnya pinjaman tambahan.

Biaya pembangunan KCJB memang membengkak. Dalam proposal penawaran yang disampaikan pemerintah China ke Indonesia pada 2015 lalu, Negeri Tirai Bambu menawarkan biaya pembangunan proyek hanya US$5,13 miliar.

Namun, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan biaya itu kemudian bengkak US$1,2 miliar atau sekitar Rp18,24 triliun (asumsi kurs Rp15.200 per dolar AS).

PMK Nomor 89 Tahun 2023 tadi pun sempat ramai dikritik karena disinyalir pemerintah menggadaikan APBN. Namun, hal ini ditepis oleh Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo.

Menurut Prastowo, PMK Nomor 89 Tahun 2023 hanya penjaminan biasa. Ia mengatakan pemerintah sudah biasa memberikan penjaminan proyek infrastruktur.

“Lalu masalahnya di mana? Tidak ada. Selama ini dijamin aman karena tata kelola dan manajemen risiko sangat dijaga. Yang bermasalah itu pikiran jorok, seolah APBN digadaikan ke China!,” kata Yustinus dalam akun twitternya @prastow, Selasa (19/9).

Ia menjelaskan pemerintah memberikan penjaminan kepada PT Kereta Api Indonesia atau KAI sebagai pemegang saham mayoritas KCJB agar dapat meningkatkan reputasinya ke pemberi pinjaman. Tujuannya untuk meningkatkan kepercayaan pemberi pinjaman terhadap proyek KCJB.

“Jelas ya, yang meminjam PT KAI ke kreditur, bukan pemerintah, apalagi seolah APBN langsung digunakan,” katanya.

Menanggapi hal tersebut, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menjelaskan sebenarnya keterlibatan APBN dalam proyek KCJB ini sebagai jaminan jika PT KAI di kemudian hari akan melakukan pinjaman.

“Sehingga APBN di sini seperti semacam letter of guarantee yang kemudian seharusnya bisa menekan cost of borrowing ketika kemudian kereta api cepat membutuhkan pendanaan di kemudian hari,” katanya, Rabu (20/9).

Meski demikian, kata Yusuf, keterlibatan APBN akhirnya memunculkan kontijensi risk yang kemudian bisa muncul dari proyek KCJB.

Memang, APBN tidak serta merta menalangi kebutuhan dana yang semisal dibutuhkan dalam perjalanan operasional kereta api cepat ini. Namun, hal ini tidak menutup fakta bahwa ada risiko kontingensi yang kemudian harus ditanggung oleh APBN dari kesepakatan ataupun kebijakan ini.

Oleh karena, menurut Yusuf sebenarnya perlu yang dipastikan adalah skenario-skenario operasional dari KCJB perlu dipastikan berjalan sesuai dengan rencana.

“Misal di sisi target penumpang, apakah kemudian target penumpang per hari per bulan ataupun per tahun itu mencapai sesuai proyeksi sebelumnya,” kata Yusuf.

“Kalaupun misalnya tidak tercapai apa bentuk mitigasinya? Bentuk mitigasi inilah yang juga akan berkorelasi terhadap risiko yang muncul dari kebijakan ini,” sambungnya.

Yusuf juga menyebut KCJB akan berpotensi meningkat kinerja perekonomian di daerah yang terdapat stasiun. Pada muaranya ketika meningkatkan perekonomian akan berpotensi memunculkan titik-titik ekonomi baru.

Nah, titik-titik ekonomi baru inilah yang kemudian perlu dipantau. Apakah dia bisa berjalan sesuai dengan proyeksi atau tidak.

“Karena sama seperti argumen penumpang di atas, ini akan juga berkorelasi dengan risiko yang bisa muncul dalam operasional kereta api cepat ini sehingga mitigasi yang handal akan mengurangi risiko yang kemudian bisa muncul ke APBN melalui kebijakan ini,” jelas Yusuf.

Tekanan China
Sementara itu, Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita menilai PMK Nomor 89 Tahun 2023 hanya hanya formalisasi dari isu yang sudah lama bergulir bahwa China meminta jaminan APBN untuk utang kereta cepat.
Perkara lazim atau tidak, Ronny menilai hal itu lazim dalam konteks investasi China. Pasalnya, China biasa melakukan tekanan seperti itu kepada negara lain yang menerima investasi dan utang dari negaranya.

Ia menjelaskan China memerlukan jaminan atas kepastian pengembalian dananya di masa depan. Pasalnya, dana yang dipakai perbankan China untuk dipinjamkan kepada BUMM Negeri Tirai Bambu untuk investasi di luar negeri adalah berupa Sovereign Leverage Fund, atau SLF.

“Jadi dana yang dipinjamkan dan diinvestasikan bukanlah milik pemerintah China, tapi bagian dari foreign exchange reserves atau devisa, alias milik pengusaha eksportir China yang ada di bank sentral China,” ucap Ronny.

Di China, sambung Ronny, devisa tidak dipegang oleh perusahaan eksportir, tapi ditahan di bank sentral. Kemudian, bank sentral akan memberikan dolar kepada pengusaha sesuai kebutuhan impor dan bayar utang saja.

“Sisanya akan dikembalikan dalam bentuk yuan, bukan dolar, meskipun eksportir mendapat dolar dari aktivitas ekspor,” imbuh Ronny.

Dengan kata lain, bank sentral China mencetak yuan untuk dikembalikan kepada eksportir, sementara dolarnya ditahan.

Lalu, dolar itulah yang dipakai China untuk Belt and Road Initiative, untuk investasi di luar negeri, untuk membiayai bank BUMN China memberikan pinjaman kepada pengusaha di negara lain, atau mengakuisisi perusahaan strategis di luar negeri.

Hal ini lazim disebut sebagai Sovereign Leverage Fund (SLF).

Artinya, dana tersebut tidak bisa dipinjamkan secara cuma-cuma, tapi secara komersial di mana bunganya akan sulit dinegosiasikan di satu sisi karena bank sentral China juga harus membayar bunga kepada pemilik devisa.

Selain itu, tingkat kepastian pengembalian dananya harus sangat tinggi. Sebab, dana itu bukan dana milik pemerintah.

“Oleh karena itu, China membutuhkan jaminan kuat, utamanya APBN,” ucap Ronny. (tw)

Continue Reading

Ekonomi

Disebut Akan Tutup TikTok, Teten: Mana Bisa Menteri Koperasi Tutup TikTok?

Published

on

By

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop-UKM) Teten Masduki mengatakan, dirinya tak memiliki kewenangan untuk menutup media sosial TikTok. Hal tersebut disampaikan Teten seiring berkembangnya isu penutupan TikTok di Indonesia. Teten mengatakan, dirinya hanya ingin produk UMKM tidak mati di tengah gempuran produk-produk impor yang dijual di e-commerce dan social commerce.

“Saya bukan anti-investasi asing di dalam digital ekonomi, bukan, saya dibilang mau nutup TikTok, mana bisa Menteri Koperasi tutup TikTok? Kewenangannya (menutup TikTok) ada di Kemenkominfo, Kemendag, Kementerian Investasi,” kata Teten dalam acara AFPI UMKM Digital Summit 2023 di Gedung Smesco, Jakarta, Kamis (21/9/2023).

Continue Reading

Ekonomi

Penyedia infrastruktur Fintech asal AS, Monnai Ekspansi ke Indonesia

Published

on

REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Perusahaan Monnai adalah layanan penyedia infrastruktur consumer insights untuk institusi finansial yang berbasis di Amerika Serikat.Kini, Monnai memperluas ekspansi pasarnya ke Indonesia untuk menjadi sumber utama bagi pembuat keputusan para perusahaan fintech.

Sejak beroperasi tahun 2021, Monnai mengalami pertumbuhan yang sangat kuat dengan menjadi penggerak utama bagi beberapa penyedia pinjaman digital terbesar, lembaga keuangan, dan pemain fintech di Amerika Serikat, India, dan Asia Tenggara.

Hingga pada Maret 2023 lalu, Monnai berhasil menutup pendanaan Seri-A senilai US$6.5 juta yang dipimpin oleh Tiger Global, dan investor lain seperti Better Tomorrow Ventures dan 500 Global.Di Indonesia, Monnai mulai beroperasi secara resmi pada Agustus 2023 di bawah entitias PT. Monnai Teknologi Indonesia, dipimpin oleh Riza Kristanto, selaku Country Director.Riza, bergabung dengan Monnai pada bulan April 2023, dengan jam terbang yang tinggi sebagai business leader berpengalaman dalam ekosistem penilaian kredit dan pinjaman.Sebelumnya, Riza menjabat sebagai Senior Vice President Pefindo Biro Kredit (idScore), salah satu provider layanan finansial terkemuka di Indonesia dan biro kredit terbesar.

“Keunggulan Monnai dalam kemampuan memanfaatkan teknologi global dan data hyper lokal membuat pelanggan dapat mengumpulkan data risiko dan kredit yang luas untuk pasar hyper lokal,” ujar Riza Kristanto, Country Director Monnai untuk Indonesia dalam keterangan, Selasa (19/9).

“Di Indonesia dan seperti di berbagai negara lainnya, tantangan terbesar adalah untuk mendapatkan akses terhadap insight dan analisa yang dapat membantu pengambilan keputusan di berbagai silo dan kasus penggunaan untuk meningkatkan inklusi keuangan,” tambahnya.Platform Monnai mengintegrasikan rangkaian lengkap produk, mulai dari risk engine, data keuangan, insight lokasi, hingga solusi kepatuhan dan verifikasi untuk perbankan dan perusahaan fintech agar dapat menarik lebih banyak pengguna dan menciptakan solusi pinjaman yang menguntungkan.Dengan infrastuktur yang adaptif, Monnai menawarkan 4 modul pengambilan keputusan utama: Know Your Customer (KYC), risiko kepercayaan dan penipuan, keputusan kredit, dan optimisasi penagihan melalui satu API.Infrastruktur yang dihasilkan memanfaatkan lebih dari 350 kontekstual insight, termasuk pembayaran, komunikasi, perangkat, identitas dan lain-lain.

Monnai mengembangkan teknologi unik yang memungkinkan agregasi, normalisasi dan kontekstualisasi data dengan kode rendah atau tanpa kode, melintasi silo dan batas, untuk menghasilkan analitik yang lebih baik serta pengolahan data alternatif yang lebih cepat untuk para pelanggan. (ut)

Continue Reading
Advertisement

Trending