Nusantara
Memaknai Tahun Baru Islam, Sejarah 1 Muharram, dan Bedanya dengan Masehi
REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Tahun Baru Islam yang ditandai dengan peringatan 1 Muharram memiliki makna yang mendalam bagi umat Muslim di seluruh dunia. Dalam momen yang bersejarah ini, umat Muslim merenungkan arti perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah serta mengambil hikmah dari perjuangan beliau.
Tahukah Bunda apa sebenarnya makna dari Tahun Baru Islam? Bagaimana sejarah penanggalan 1 Muharram dan apa perbedaannya dengan kalender Masehi yang umum digunakan secara global?
Berikut ini kita akan menjelajahi dan memahami makna Tahun Baru Islam, menggali sejarah 1 Muharram, serta membandingkan perbedaannya dengan kalender Masehi.
Kapan 1 Muharram 1445 Hijriah?
1 Muharram juga menjadi awal tahun baru dalam kalender Hijriah. Tahun baru Islam sering dirayakan dengan doa, refleksi, dan harapan untuk memulai tahun baru dengan baik.
Di tahun ini 1 Muharram 1445 Hijriah jatuh pada Rabu, 19 Juli 2023, berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023. Malam Tahun Baru Islam akan terhitung sejak tanggal 18 Juli 2023 pada malam harinya.
Peringatan ini memiliki makna yang penting bagi umat Muslim, karena menandai peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekkah ke Madinah. Tahun Baru Islam merupakan perayaan yang memiliki makna lebih dari sekadar perayaan semata.
Pengertian Tahun Baru Islam atau Hijriah
Tahun baru islam adalah perayaan tahun baru dalam kalender Hijriah yang digunakan oleh umat Muslim. Tahun baru Hijriah dimulai pada tanggal 1 Muharram setiap tahunnya yang juga digunakan untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam agama Islam, seperti bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha.
Tahun baru Hijriah memiliki makna yang berakar dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW. Pada masa Rasulullah, hijrah dilakukan sebagai strategi dakwah dan sebagai respons terhadap situasi yang tidak kondusif di Mekah. Hijrah memiliki arti perjuangan meninggalkan hal-hal negatif dan menuju ke arah yang lebih baik.
Dalam konteks yang lebih luas, tahun baru Hijriah, umat Muslim merenungkan nilai-nilai hijrah tersebut dan berkomitmen untuk meninggalkan kebiasaan buruk serta meningkatkan amal perbuatan yang lebih baik.
Peringatan tahun baru Hijriah juga menjadi waktu bagi umat Muslim untuk mengevaluasi diri, meningkatkan ketakwaan, memperbaiki hubungan dengan Allah dan sesama, serta menetapkan tujuan dan harapan untuk tahun yang akan datang.
Hal ini diiringi dengan kegiatan keagamaan seperti puasa sunnah, membaca Al-Qur’an, dan meningkatkan ibadah.
Sejarah Tahun Baru Islam 1 Muharram yang Sebaiknya Diketahui Umat Muslim
Sejarah Tahun Baru Islam atau Hijriyah memiliki kaitan erat dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekkah ke Madinah. Peristiwa hijrah ini terjadi pada tahun 622 Masehi dan menjadi salah satu momen penting dalam sejarah Islam. Setelah peristiwa hijrah tersebut, Khalifah Umar bin Khattab memprakarsai penetapan awal penanggalan kalender hijriyah sebagai kalender Islam.
Awal tahun baru Islam ditetapkan pada tanggal 1 Muharram 1 Hijriyah, yang juga menjadi hari pertama dalam penanggalan hijriyah atau kalender Islam. Tahun pertama dalam kalender hijriyah ditetapkan berdasarkan tahun 622 Masehi, yang merupakan tahun ke-17 setelah peristiwa hijrah atau 3-4 tahun saat kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab.
Proses penetapan awal tahun baru Islam melibatkan persetujuan dari Khalifah Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Penanggalan hijriyah kemudian digunakan sebagai momen awal dalam kalender Islam dan menjadi landasan untuk menentukan tanggal-tanggal penting dalam agama Islam.
Sejarah penetapan kalender hijriyah sebagai tahun baru Islam memiliki makna penting bagi umat Muslim. Hal ini tidak hanya sebagai penanda pergantian tahun dalam aspek waktu, tetapi juga sebagai pengingat peristiwa hijrah yang menjadi tonggak sejarah Islam.
Penetapan tahun baru hijriyah memungkinkan umat Muslim untuk merenungkan dan mengambil hikmah dari perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW serta memperkuat komitmen dalam menjalankan ajaran Islam.
Makna Tahun Baru Islam 1 Muharram
Dalam momen tahun baru Islam, terdapat beberapa makna penting yang dapat menjadi renungan bagi seluruh umat Muslim di dunia. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:
1. Simbol awal yang baru
Tahun baru Islam pada tanggal 1 Muharram menandai awal yang baru dalam kalender Hijriyah. Hal ini melambangkan kesempatan bagi umat Muslim untuk memulai kembali dan memperbaiki diri.
Tahun baru Islam juga memberikan harapan baru, kesempatan untuk meningkatkan ibadah, memperbaiki perilaku, dan mencapai tujuan spiritual.
2. Peringatan Peristiwa Hijrah
Tahun baru Islam 1 Muharram juga merupakan peringatan dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekkah ke Madinah. Hijrah memiliki makna yang mendalam dalam sejarah Islam, karena peristiwa ini menjadi titik awal dalam pembentukan umat Muslim dan penyebaran ajaran Islam.
Peringatan ini mengingatkan umat Muslim akan komitmen dan perjuangan Nabi Muhammad SAW serta para sahabat dalam mempertahankan agama dan membangun masyarakat yang berlandaskan Islam.
3. Kesempatan refleksi diri
Tahun baru Islam 1 Muharram memberikan kesempatan bagi umat Muslim untuk merenungkan perjalanan hidup mereka selama tahun sebelumnya. Ini adalah saat yang tepat untuk melakukan introspeksi, mengevaluasi kehidupan spiritual, dan merencanakan pembaruan dalam ibadah dan perilaku di tahun yang akan datang. Umat Muslim dapat memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ibadah, dan menguatkan hubungan dengan Allah SWT.
Hikmah Memperingati Tahun Baru Islam 1445 Hijriah
Memperingati Tahun Baru Islam 1445 Hijriah memiliki beberapa hikmah yang dapat diambil, antara lain:
1. Mengambil hikmah dari perjuangan Hijrah Nabi Muhammad SAW
Peringatan tahun baru Islam mengajarkan umat Muslim untuk mengambil hikmah dan inspirasi dari perjuangan hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Hijrah merupakan perubahan besar dalam hidup beliau, yang melibatkan ketabahan, keberanian, dan pengorbanan.
Dalam perjalanan hijrah tersebut, Nabi Muhammad SAW menghadapi berbagai rintangan dan tantangan yang menguji kesabaran dan keimanan beliau.
Oleh karena itu, momen tahun baru Islam menjadi kesempatan bagi umat Muslim untuk merenungkan perjuangan beliau dan mengambil inspirasi dalam menghadapi perubahan dan ujian dalam kehidupan mereka.
2. Meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan
Tahun baru Islam juga menjadi ajang untuk meningkatkan kualitas ibadah dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Umat Muslim diingatkan untuk merefleksikan amal perbuatan mereka sepanjang tahun sebelumnya dan memperbaiki diri dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.
Hal ini melibatkan meningkatkan ibadah seperti shalat, membaca Al-Qur’an, bersedekah, dan berbuat kebaikan kepada sesama. Dengan memperkuat hubungan dengan Allah, umat Muslim dapat menghadapi tahun baru dengan hati yang lebih suci dan penuh harapan.
Dalam memanfaatkan momen tahun baru Islam, umat Muslim juga diingatkan untuk menjaga kesucian hati dan menjauhi perbuatan dosa. Tahun baru Islam menjadi kesempatan untuk memulai kembali, memperbaiki diri, dan memperkuat ikatan spiritual dengan Allah SWT.
3. Menyadari berlalunya waktu yang tak tergantikan
Pada perayaan tahun baru Islam, umat Muslim diajak untuk merenungkan bahwa waktu terus berlalu tanpa dapat dikembalikan. Di tengah kesibukan dunia yang begitu menggiurkan, penting bagi umat Muslim untuk tidak hanya terfokus pada dunia, tetapi juga memprioritaskan ibadah dan kebaikan yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam semangat “gunakanlah waktu sebelum terlambat”, umat Muslim diingatkan untuk memanfaatkan setiap kesempatan dalam melakukan amal kebaikan.
Perbedaan Tahun Hijriah dan Masehi
Perbedaan Kalender Masehi dan Hijriah mencakup beberapa aspek yang signifikan. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan tersebut:
1. Perhitungan tanggal
Kalender Hijriah menggunakan sistem perhitungan bulan berdasarkan peredaran bulan terhadap bumi. Setiap bulan Hijriah dimulai ketika terlihat hilal (bulan sabit baru) setelah hilangnya bulan sabit sebelumnya. Sementara itu, kalender Masehi mengadopsi sistem perhitungan bulan berdasarkan pergerakan matahari terhadap bumi.
2. Jumlah hari
Kalender Hijriah memiliki jumlah hari dalam satu bulan yang berkisar antara 29 hingga 30 hari. Tidak seperti kalender Masehi yang memiliki bulan dengan jumlah hari yang bervariasi, mencapai maksimal 31 hari.
Selain itu, kalender Hijriah memiliki tahun dengan jumlah hari sekitar 354-355 hari, sedangkan kalender Masehi memiliki tahun dengan jumlah hari sekitar 365-366 hari.
3. Sejarah penanggalan
Tanggal 1 dalam kalender Masehi merujuk pada kelahiran Nabi Isa AS (Yesus). Sedangkan, penanggalan dalam kalender Hijriah didasarkan pada peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Oleh karena itu, tahun pertama dalam kalender Hijriah dimulai pada tahun hijrah tersebut.
4. Bentuk angka tunggal
Kalender Hijriah menggunakan angka atau ejaan Arab dalam penanggalannya, karena erat kaitannya dengan umat Muslim dan bahasa Arab sebagai bahasa utama dalam Islam. Di sisi lain, kalender Masehi menggunakan sistem angka alfabet seperti yang umum digunakan dalam berbagai bahasa.
5. Penentuan awal hari
Kalender Masehi menentukan awal hari pada pukul 00.00 dini hari berdasarkan waktu setempat. Sedangkan, kalender Hijriah menentukan awal hari berdasarkan terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari. Momen terbenamnya matahari menjadi penanda akhir hari dan dimulainya hari baru dalam kalender Hijriah.
Dengan perbedaan tersebut, kalender Masehi dan Hijriah memiliki karakteristik yang unik dalam perhitungan waktu dan penanggalan. Perbedaan ini mencerminkan pandangan dunia dan tradisi keagamaan yang berbeda antara kalender Masehi yang umum digunakan secara global, dengan kalender Hijriah yang digunakan oleh umat Muslim sebagai acuan dalam menjalankan ibadah dan memperingati peristiwa-peristiwa penting dalam agama Islam. (ut)