Connect with us

Otomotif

Penjualan Mobil di Februari Makin Ambruk, Awan Mendung Industri Otomotif Indonesia

Published

on

REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Pemeran Indonesia International Motor Show atau IIMS 2024 belum bisa menggebrak kinerja penjualan mobil demestik pada Ferbuari 2024. Nyatanya pasar masih mengalami koreksi pada dua bulan pertama 2024.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo yang diterima Bisnis, penjualan mobil secara wholesales mencapai 70.657 unit pada Februari 2024, turun 18,8% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kemudian penjualan secara retail juga tercatat lesu dengan angka 70.291 unit, turun 16,3% secara year-on-year (YoY).

Sementara sepanjang Januari-Februari 2024 atau dua bulan pertama tahun ini, penjualan secara wholesales mencapai 140.274 unit, turun 22,6% secara YoY. Penjualan secara retail juga lesu dengan penurunan 15%.

Menanggapi hal ini, Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto mengatakan pasar domestik cenderung melemah lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia masih belum meningkat.

Adapun, data Badan Pusat Statistik menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2023 sebesar 5,05% meleset dari target pemerintah dalam dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kinerja pertumbuhan ekonomi 2023 turun dari pertumbuhan tahun 2022 yang sebesar 5,31%. Pertumbuhan ekonomi 2023 juga meleset dari target pemerintah dalam APBN sebesar 5,3%. Data juga menunjukkan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2022 tumbuh sebesar 5,04% year-on-year (yoy) dan 0,45% quarter-to-quarter (qtq).

“Pasar masih lemah, meskipun banyak merek-merek baru yang diluncurkan dengan harga terjangkau. Kami berharap bulan-bulan mendatang pasar bisa lebih membaik,” katanya, Senin (11/4/2024).

Secara terpisah, Marketing Director Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengatakan penjualan mobil juga dipengaruhi oleh inflasi yang menggerus kemampuan daya beli masyarakat.

Menurutnya, pendapatan dari masyarakat belum bisa mengejar ketinggalan dari tingginya inflasi. Hal inilah yang menyibak persoalan penjualan mobil mengalami stagansi walaupun Produk Domestik Bruto (PDB) bertumbuh.

Hal lainnya, tegas Anton, tingginya populasi roda empat terutama yang memasuki usia renta. Penjualan mobil baru, katanya, kini harus bersaing dengan tingkat penjualan mobil bekas yang lumayan tinggi. BPS melaporkan inflasi pada Februari 2024 meningkat menjadi sebesar 2,75% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya. Pada Januari 2024, inflasi tercatat sebesar 2,57% yoy.

“Inflasi itu kenaikan harga mobil termasuk pajak mobil yang meningkat secara berkesinambungan. Pajak daerah itu cuma 10% sekarang 12,5-15%. Pajak mobil biasa seperti Avanza itu meningkat dari 10% menjadi 15%. Jadi pajak sendiri udah ada kenaikan,” katanya.

Di satu sisi, adanya Pemilu 2024 membuat banyak konsumen yang cenderung menunggu kepastian politik sebelum kembali melakukan pembelian. Hal ini pun tidak hanya berlaku untuk konsumen retail, tapi juga pengusaha yang melakukan pemesanan secara fleet atau armada. Meski demikian, mulai Maret 2023 sudah ada beberapa fleet customer yang sudah mulai bertanya-tanya untuk pembelian mobil setelah menunda setidaknya lima bulan terakhir.

“Banyak yang menunda penjualan tidak hanya customer retail, tapi fleet termasuk pengusaha-[pengusaha yang berhenti melakukan pembelian sejak kuartal IV/2023,” katanya. (tw)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement