Ekonomi
‘Pesta’ telah Usai, Bos Bayan Beberkan Nasib Industri Batu Bara
REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Industri batu bara kini semakin melesu setelah melewati masa-masa “pesta pora” akibat commodity boom pada tahun 2022 lalu. Harga batu bara sejak awal tahun mengalami tren penurunan dari di atas US$ 350 per ton pada awal Januari 2023, namun kini anjlok bertengger pada level US$ 137 per ton.
Menurut data Refinitiv, harga batu bara kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$137,05/ton pada Senin (11/7/2023). Harganya ambles 3,4%. Harga penutupan kemarin juga menjadi yang terendah sejak 21 Juni 2023.
Bila diukur sejak awal tahun, harga batu bara sudah terjun bebas hingga minus 64,8%.
Ambruknya harga batu bara disebabkan oleh suramnya ekonomi China serta masih lemahnya permintaan serta harga komoditas energi lainnya.
Di tambah, kini adanya tren transisi energi di mana Pemerintah Indonesia juga berencana untuk mengurangi pemakaian batu bara sebagai salah satu sumber energi di Tanah Air.
Pemerintah pun berencana untuk mempercepat pensiun dini 13-14 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas sekitar 4,8 Giga Watt (GW).
Lantas, bagaimana dampaknya pada industri batu bara di dalam negeri? Direktur PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Alexander Ery Wibowo akan blak-blakan menjelaskan nasib industri batu bara di tengah transisi energi dan berakhirnya “pesta” komoditas pada Economic Update 2023. (ut)