Ekonomi
Respon Sri Mulyani saat Gibran Bicara Dana Abadi Pesantren-KIS Lansia, Nitizen: Anak dan Bapak Sama Saja! Incar Dana umat, Tapi Tak Peduli Islam
REPORTASE INDONESIA – jakarta, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan jajaran menanggapi program unggulan pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang akan bertarung di Pilpres 2024. Program unggulan tersebut di antaranya Dana Abadi Pesantren dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) Lansia.
Sri Mulyani mengatakan sejatinya dua program itu sudah ada di era Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hanya untuk KIS, target lansia menjadi dikhususkan.
“Dilihat saja APBN 2024 kan sudah diketok ya. Mengenai apa program-program, mungkin saya nggak sebut populis, tapi yang pemihakan kepada masyarakat. Itu sudah ditetapkan dalam UU APBN,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA, Rabu (25/10/2023).
“Umpamanya anggaran perlinsos di 2024 kalau tidak salah Rp 487 triliun. Jadi nanti program seperti PKH, kartu sembako, PIP, KIP Kuliah, bantuan PBI untuk masyarakat tidak mampu termasuk lansia, bantuan subsidi listrik, subsidi energi, BBM, subsidi LPG, itu masih semuanya ada. Dana abadi juga disampaikan kita sudah punya dana abadi yang sekarang ini,” tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata mengatakan lansia sebenarnya sudah terakomodir dalam program KIS saat ini. Dengan begitu, program itu dinilai tidak perlu lagi.
Isa menjelaskan para lansia dari keluarga tidak mampu sudah tercover dalam daftar penerima program keluarga harapan (PKH) alias data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS). Oleh karena itu, mereka otomatis terdaftar sebagai penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan.
“Kalau kemudian nanti ada yang masih belum tercover dan sebagainya, itu sebenarnya adalah perbaikan pendataan yang akan kita (pemerintah) lakukan. Tapi seharusnya sih kita cukup dengan program yang ada sekarang ini (KIS),” tegas Isa.
Sementara itu, Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kemenkeu Andin Hadiyanto mengatakan dana abadi pesantren merupakan bagian tidak terpisahkan dari dana abadi pendidikan. Ia mengatakan dana abadi pendidikan saat ini berjumlah Rp 106,1 triliun.
Andin menyebut total dana abadi yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) ada Rp 134,1 triliun. Khusus untuk pesantren, belanja tahun ini dialokasikan sebesar Rp 250 miliar.
“Pengelolaan programnya sendiri itu dikelola oleh Kemenag, jadi nanti yang membiayai LPDP. Prosesnya sedang berjalan, saat ini sedang ada seleksi-seleksi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kapasitas dari santri dan juga para pembina santri, seperti program persiapan beasiswa, multimedia pesantren, penguatan pengambilan fatwa, dan lain-lain,” jelasnya.
Sebelumnya, Gibran membocorkan beberapa program unggulannya jika terpilih yakni dana abadi pesantren berdasarkan mandat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019. Ia juga menjanjikan adanya kredit startup millenial, Kartu Indonesia Sehat (KIS) Lansia, dan kartu sehat anak.
“Sekarang sudah ada yang namanya KUR, sudah ada yang namanya kredit Mekaar, sudah ada wakaf mikro, ada kredit ultra mikro, nanti akan kami tambahkan lagi kredit startup millenial. Ini untuk bisnis-bisnis para millenial yang berbasis inovasi dan teknologi,” beber Gibran di Indonesia Arena GBK, Jakarta, Rabu (25/10/2023).
“Sekarang sudah ada KIS, ada KIP, PKH, nanti saya tambahkan lagi KIS lansia,” tambahnya.
Nitizen: Anak dan Bapak Sama Saja! Incar Dana umat, Tapi Tak Peduli Islam.
https://www.instagram.com/reel/Cy1cbW-yQ3c/?igshid=MzRlODBiNWFlZA==
“Serba Kesusu Program Bapaknya Dihak Miliki Anak’e yang tidak punya Vusi dan Misi Sebagai cawapres serta Aji Mumpung”
Wajah sumringah akhir-akhir ini memang melanda Gibran Rakabuming Raka. Tepatnya saat dia berjalan beriringan dengan ketum Golkar Airlangga Hartarto, setelah huru-hara keputusan Mahkamah Konstitusi dikeluarkan.
Di depan awak media dia tertawa puas, seolah berhasil mempermainkan statemen maju tidaknya dia menjadi cawapres Prabowo Subianto. Rasa itu dilepaskan juga ketika cawapres hasil kerja MK itu, berbicara pertama sebagai pasangan Prabowo. Dia menenangkan capresnya, karena yang dicari akhirnya datang.
Penuh arogan seolah moment hari ini juga sudah dinanti olehnya. Karena kesibukan yang dikejar waktu, pendaftaran pun segera dilakukan di akhir batas waktu. Ya maklumlah, habis kejar target. Karena nunggu kerja paman, dalam memutus perkara batas minimal dan maksimal yang pada akhirnya sudah berjalan dengan baik.
Seremonial masuk ke Golkar juga sudah rampung, yang masih menggantung dengan partai yang membesarkannya. Dia belum memaparkan sampai mana, walaupun seperti kasusnya yang sudah maju nyapres dengan partai lain itu otomatis sudah keluar.
Terlalu sibuk mengurus tiket cawapres, akhirnya partai yang katanya membesarkannya ditinggal tanpa sepatah kata. Beberapa hari baru menghampiri senior untuk undur diri. Begitukah etika politik dari anak seorang presiden?
Sudah tidak mau memusingkan langkah politisi muda tak beretika itu, yang saya soroti saat di panggung luas. Cawapresnya Prabowo itu mencoba menggelegarkan janjinya. Katanya akan memberikan dana abadi bagi pesantren dan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Ada yang salah? Jelas ada yang tidak beres, karena program itu sudah terbungkus rapi sebagai program ayahnya.
Kenapa harus dikoarkan lagi seolah itu program barunya? Jadi selama ini Mas Gibran tahu atau tidak program milik ayahanda? Solo banyak pesantren lho, masak program tersebut luput dari pantauan sang wali kota yang hebatnya sampai bisa meloloskan diri menjadi cawapres. Kebenaran itu disampaikan langsung oleh pemilik kewenangan sebagai pengatur keuangan negara, Ibu Sri Mulyani. Dalam keterangannya, dua program yang dilantangkan Gibran itu sudah masuk APBN 2024.
Mas Gibran kehilangan inspirasi atau gimana. Gagasan bapaknya kok bisa diakui program barunya bersama Pak Prabowo? Saya rasa itu bentuk mati gayanya seorang Gibran, saat di atas panggung megah dan mewah yang sudah disediakan pendukungnya.
Saya yakin 100% belum ada pembahasan tentang program, apalagi visi dan misi. Ya coba dibatangkan, kapan Prabowo dan Gibran bersama? Secara keduanya disibukkan dengan pertemuan-pertemuan rahasia bersama berbagai pihak. Ya seperti beberapa hari yang lalu Pak Amran Sulaiman yang sekarang menggantikan Mentan Syahrul Yasin Limpo, diundang ke kediaman Prabowo. Untuk apa, tidak mungkin sekedar say hy. Ya mungkin sedang briefing supaya jabatan yang didapat sekarang ini, bisa menjadi roda pendukung Prabowo-Gibran.
Atau dewan pemeriksaan kode etik yang anggotanya adalah Mantan ketua MK, Jimly Asshiddiqie. Jimly sudah mendeklarkan diri menjadi bagian dari Prabowo-Gibran. Tapi dia masih serakahnya menerima job yang harusnya dibawa kendali orang yang netr, untuk menyecreening adanya dugaaan besar pelanggaran kore etik terhadap putusan Ketua MK. Penilaian yang obyektif rasanya tidak akan tercapai, hanya ada subyektif dimata mereka demi membantu hajat sang presiden.
Setelah sibuk ubyek dengan keputusan yang ditunggu, keduanya disibukkan dengan persiapan berkas pilpres sebelum pendaftaran KPU ditutup. Jadi tidak ada waktu serius untuk memikirkan kebutuhan warga, hingga bisa menyusun sebuah program. Karena apa yang dibawakan itu adalah kelanjutan yang dilakukan presiden Jokowi.
Saya rasa mas Gibran harus pandai-pandai lagi menyusun program dengan matang. Jangan asal ucap, harus disesuaikan kebutuhan, aspirasi dan kondisi warga saat ini. Tidak bisa pula dibiarkan rampung sendiri dengan Prabowo, wong selama ini dia belum menyusun karena tidak tau apa kebutuhan warganya. Jadi semua dalam kondisi saling menunggu. Hati-hati Mas Gibran jangan terulang lagi, takutnya nama anda jatuh lagi karena menjiplak atau malah menghakmiliki program milik orang lain. Ya walaupun pak presiden itu ayah Mas Gibran sendiri.
Saatnya membuktikan diri mas, kata paman Anwar Usman, anda wali kota yang sangat inspiratif dan unggul dalam segala bidang. Silahkan berembug dengan Pak Prabowo, mungkin mau mengembangkan makan gratis, atau gratisan yang lain. Jangan bikin agenda sendiri juga, karena di atas panggung kemarin Pak Prabowo sudah sempat memasukkan agenda buat program ekonomi syariah. Coba dikembangkan mas Gibran, biar jadi gayung yang bersambut. Biar tidak berubah haluan jadi ekonomi hijau dan ekonomi biru dan malah berakhir meniru mentor anda di Jawa Tengah, tepatnya milik Ganjar-Mahfud.
Keterangan dari Bu Sri Mulyani adalah secercah pelurusan, agar program para calon prmimpin ini on the track. Tentunya agar publik juga bisa membedakan mana yang pure inisiatifnya sendiri dan mana yang dilanjutkan. Tujuannya semua agara terarah dan informasi ke publik sebagai pemiluh tidak tersimpang siur. (tw)