Connect with us

Keamanan

Saat Jenderal TNI-Polri Gerah dengan Ulah Hercules

Published

on

Saat Jenderal TNI-Polri Gerah dengan Ulah Hercules

REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Sejumlah Jenderal TNI dan Polri dibuat gerah oleh pernyataan kontroversial Ketua Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB), Hercules Rosario de Marshal atau Hercules. Mereka bahkan menegaskan tak akan tinggal diam.

Kegeraman jenderal TNI dan Polri ini bermula dari kelakuan oknum yang diduga anggota organisasi masyarakat (ormas) GRIB Jaya di Depok membakar mobil polisi. Tindakan tersebut membuat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyinggung soal premanisme.

Hercules pun menanggapi pernyataan Dedi Mulyadi dan mendesak agar ormas yang ada di Jawa Barat dirangkul. Jika tidak, Hercules akan mengepung Gedung Sate dengan 50 ribu anggotanya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, turut berkomentar atas aksi oknum anggota GRIB Jaya dan mendukung revisi UU Ormas. Dia menilai, ormas membuatnya resah.

Hercules yang mendengar pernyataan Bang Yos pun naik pitam. Dia bahkan menyebut Bang Yos sudah bau tanah.

“Pak Sutiyoso itu enggak usahlah menyinggung ormas. Sudah lah, kalau saya bilang mulutmu sudah bau tanah. Enggak usah nyinggung-nyinggung kita,” ujar Hercules, Selasa (29/4).

Eks Panglima TNI Geram

Tak lama, mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo pun angkat bicara. Dia geram. Gatot memberikan peringatan apa yang dilakukan oleh Hercules tidak sopan karena menghina purnawirawan TNI yang pernah menduduki jabatan sebagai Kepala BIN tersebut.

“Hei, Pak Sutiyoso itu purnawirawan baret merah dari Kopassus, bintang tiga, dia jenderal. Saya juga purnawirawan, tidak kau anggap, kau ngomong seenak mulut kau saja itu,” tegas Gatot.

Belum berakhir keributan tersebut, viral pernyataan Hercules yang dianggap menghina seorang purnawirawan Jenderal TNI. Pernyataan itu terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial melalui unggahan akun X @ZulkifliLubis69.

Dalam video tersebut, Hercules menyindir sang jenderal yang disebutnya saat masih aktif tidak berani bersikap tegas, tetapi setelah pensiun justru berani bicara keras.

“Dulu masih aktif enggak berani bilang tumpas, sekarang udah pensiun, uda gigi ompong, mau tumpas gigit pakai apa?” ucap Hercules.

Pangdam Jayakarta Mayjen TNI Rafael Granada Baay menegaskan, pihak TNI tidak akan tinggal diam bila prajurit mereka disinggung.

“Jelas ya tadi, itu ranah hukum. Saya TNI aktif, jadi kalau kepada prajurit saya, saya pasti bertindak. Yang tadi disampaikan (Kapolda) sudah ranah hukum,” imbuh Rafael.

Kapolda Metro Kaji Kemungkinan Pernyataan Hercules Masuk Penghinaan

Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Karyoto mengaku, pernyataan Hercules itu menjadi bahan diskusi di internal.

Karyoto awalnya meminta masyarakat untuk melaporkan kepada polisi jika merasa dinistakan oleh seseorang lainnya. Karyoto meyakini polisi akan memberikan respon melayani.

“Kalau ada orang yang kemudian melakukan penistaan secara lisan, mengumpat dll, kemarin kita saksikan sendiri. kalau itu ada laporan, pihak yang dirugikan merasa dirugikan kemudian lapor, kami tentunya juga akan memberikan respons melayani,” kata Karyoto.

Karyoto pun menyinggung peristiwa Hercules yang sempat terlibat adu sindir dengan Bang Yos. Pernyataan Hercules bahkan menjadi bahan diskusi apakah ucapannya masuk kategori penghinaan.

“Sebelum ada laporan pun kami sudah menjadi bahan diskusi apakah perbuatan yang bersangkutan seperti Hercules mengatakan ini, ini, ini, bisa masuk dalam kategori penghinaan, penistaan secara lisan kepada orang-orang yang secara umum adalah orang orang yang sangat terhormat,” pungkasnya.

Kebanyakan dari Ormas-ormas yang ada di Indonesia banyak melakukan pungli atau kegiatan ilegal, salah satunya menjadi juru parkir ilegal.

Seminggu Jadi Tukang Parkir Ilegal: Cerita Bujang Kantongi Rp 2,5 Juta”

Di tengah sepinya jalanan Jogja saat libur Lebaran, ketika kota terasa lengang karena banyak perantau pulang kampung, seorang mahasiswa bernama Bujang menemukan celah. Usianya 22 tahun, kuliah di salah satu universitas swasta di Jogja. Ketika sebagian besar mahasiswa lain pulang, ia justru tinggal dan memutuskan melakukan sesuatu yang tidak biasa: jadi tukang parkir ilegal di sebuah apotek 24 jam.

Ceritanya bermula dari kekosongan. Tukang parkir asli apotek tempat Bujang biasa nongkrong mudik ke Gunungkidul. Bujang, yang satu kos dengannya, tahu betul soal itu. “Kekosongan kekuasaan,” begitu ia menyebutnya sambil tertawa. Maka tanpa seremonial, ia berdiri dengan rompi oranye, dan mulai mengatur motor yang keluar-masuk. Apakah itu resmi? Tentu tidak. Tapi katanya, “karena sudah jadi jatah ormas, ya dikasih aja.”

Setiap hari, dari jam 10 pagi sampai 10 malam, Bujang menjaga lahan parkir itu. Kadang ia berbagi shift dengan temannya. Tarif parkir? Standar. Dua ribu rupiah untuk setiap kendaraan, tanpa karcis. Tapi jangan salah, hasilnya lumayan. “Kalau dihitung, sehari bisa 300 ribu. Kadang jam delapan malam kami tukar uang ke apotek, itu udah 200 ribuan,” ujarnya santai.

Tujuh hari berlalu, dan Bujang mengantongi lebih dari 2,5 juta rupiah. Setara UMR Jogja, tapi cuma dalam seminggu. Uang itu kemudian dibagi dua. Bagian Bujang? Satu setengah juta. “Cukup buat beli sepatu baru,” katanya, sambil menunjukkan senyum kecil.

Bagi sebagian orang, ini cuma eksperimen nakal mahasiswa. Tapi di balik ceritanya, terselip ironi: soal ekonomi kota, soal celah aturan, soal bagaimana seseorang bisa ‘bekerja’ dan hidup dari ruang-ruang abu-abu di tengah kota yang katanya tertib. (ut)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement