Nusantara
Tak Layak Diteruskan Jadi Ibu Kota Negara, IKN Nusantara Terancam Mangkrak?
REPORTASE INDONESIA – Jakarta,
Memang sejak April 1957, Bung Karno juga memiliki rencana besar untuk memindahkan Ibukota Negara ke Palangkaraya (Kalimantan Tengah), demikian juga Pak Harto yang sempat memiliki rencana sejenis ke Jonggol di Jawa Barat.
Namun, kesemuanya bukan tidak mampu melakukan tetapi memang lebih reaalistis, tidak asal nekad dan malah membebani APBN sekalgus artinya menyengsarakan rakyat sebagaimana yang dilakukan Rezim ini.
Anggaran lebih dari Rp 476 triliun yang dicanangkan kalaupun tidak jadi digunakan untuk pembangunan IKN, pasti akan jauh lebih berguna untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Kritik saya terhadap IKN sebenarnya juga sudah lama disampaikan, tidak baru diutarakan sekarang, sebagaimana Twit saya tertanggal 30/03/2022 silam yang bisa dibaca di tautan : x.com/KRMTRoySuryo2/status/1509033054228033536?s=08 yang isinya sbb “Nah, kalau Pejabat lokal disana (Wakil Gubernur)-nya saja sudah statemen begini, Apa terus Masyarakat yg diluar Wilayah harus “dipaksa” utk mau mengisi Kotak amal IKN.
Malahan ini selain SoftBank yang sudah resmi mundur, 2 Calon Investor yang digadang-gadang lainnya juga mau mundur, Ambyar” (Twit ini membahas berita di CNNI “Wagub Kaltim Kritik Patungan Warga untuk IKN: Beli Minyak Saja Susah”).
Tanda-tanda IKN Nusantara akan mangkrak ini sebenarnya sudah sangat jelas saat mundurnya Ketua Otorita IKN dan Wakilnya, Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe pada 04/06/2024 lalu.
Kalau hanya seorang Ketua atau Wakilnya saja yang mundur, mungkin itu biasa, namun ini keduanya kompak mundur secara bersamaan.
Padahal keduanya adalah putra terbaik bangsa pilihan rezim yang bekerja sejak awal dan sangat mengerti bagaimana sebenarnya kondisi faktual IKN Nusantara.
Belum lagi kalau melihat hasil akhir Istana Garuda karya Nyoman Nuarta (NN) dengan Bangunan berbentuk Kelelawar Hitam yang disebut-sebut sebagai “Garuda Pancasila”, karena sangat tidak mencerminkan Lambang Negara Indonesia dengan 17-helai bulu Sayap, 8-helai bulu ekor, 45-helai bulu leher sebagaimana yang diajarkan selama ini.
Tetapi sebenarnya selain Patung yang gagal total mepresentasikan sebagai Lambang Negara tersebut, justru ada hal lain yang sangat prinsip, yakni Konsep dasar desain IKN yang dulu sudah repot-repot diselenggarakan sayembara desainnya dan terpilih pemenang-pemenangnya.
Kini ternyata hasil sayembara tersebut tidak digunakan (?) dan malahan hanya dipakai konsep dari seniman NN juga.
Publik tentu masih ingat dengan konsep yang sangat bagus bernama “Nagara Rimba Nusa” yang justru telah resmi memenangkan Sayembara Desain IKN 2019.
Desain karya studio desain Urban+ inilah yang mengalahkan 755 desain lainnya, misalnya “The Infinite City” (Juara 2), “Kota Seribu Galur” (Juara 3), “Zamrud Khatulistiwa” (Harapan 1) & “Benua Rakyat Nusantara” (Harapan 2).
Namun ironisnya desainpemenang IKN yang awalnya ada Patung Adi Budaya, galeri nasional, Istana Negara (Beranda Astana, Masjid Astana) bahkan dilengkapi hutan bakau, kebun botani, hutan restorasi, hutan lindung, hutan biomass, hutan alga, Kota Mangrove, Eco-Wisata Hutan Hujan Tropis, Eco Wisata Orang Utan dan dirancang oleh 10 (sepuluh) arsitek yang berasal dari empat negara (Indonesia, Hong Kong, Singapura & Malaysia), yakni Sofian Sibarani, Ardzuna Sinaga, Rahman Andra Wijaya, Vincentius Hermawan, Winarko Hadi Susilo, Tedy Murtedjo, Scott Christopher Dunn, Li Xiao Qing, Poh Seng Tiok & Jason David Zlotkowski ini tampaknya sudah tidak dipakai (?) & hanya diganti dengan karya seniman NN saja seperti sekarang ini.
Apakah pembangunan IKN akan mangkrak saat Milyono Lengser? (tri)