Connect with us

Ekonomi

Bank Indonesia akan Cetak Uang Lebih Banyak untuk Bantu Prabowo, Apakah Akan Terjadi Inflasi Besar?

Published

on

Bank Indonesia akan Cetak Uang Lebih Banyak untuk Bantu Prabowo, Apakah Akan Terjadi Inflasi Besar?

REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Bank Indonesia (BI) menyatakan dukungannya terhadap Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dengan skema burden sharing bunga Surat Berharga Negara (SBN) bersama Kementerian Keuangan. Skema ini membagi beban bunga 50:50, termasuk untuk program perumahan rakyat dan Koperasi Desa Merah Putih.

BI juga melanjutkan pembelian SBN dari pasar sekunder senilai sekitar Rp200 triliun, di mana hasilnya dialokasikan untuk program ekonomi kerakyatan. Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan langkah ini merupakan bagian dari kebijakan moneter ekspansif yang tetap dijalankan secara prudent untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan Ini Bisa Timbulkan Inflasi

Meski kebijakan ini menambah jumlah uang beredar, BI menekankan bahwa likuiditas berlebih dinetralisasi melalui operasi pasar uang dalam skala besar. Instrumen utama yang digunakan adalah Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang nilainya melonjak dari Rp254 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp782,96 triliun per Juni 2025.

“Uang tak hilang. Nilainya saja yang merosot”

Beberapa Saham dan IHSG anjlok akibat situasi kemarin hingga terjadi Reshuffle dan perombakan kabinet di pemerintahan, lalu apa yang akan terjadi selanjutnya?

Instrumen lain seperti reverse repo SBN dan Sukuk Bank Indonesia (SukBI) juga dimanfaatkan, meski porsinya lebih kecil. Dengan sinergi fiskal dan moneter ini, BI berharap dapat mendukung program pemerintah sekaligus menjaga kestabilan sistem keuangan nasional.

Kesal, Pengamat Minta Prabowo Copot Menteri-Menteri ‘Geng Solo’, Beberkan Kontroversinya

Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago dengan tegas meminta Presiden Prabowo Subianto mencopoti menteri-menteri warisan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Pangi yang menjadi Direktur Voxpol Center Research and Consulting, sebuah lembaga konsultansi politik, menilai Prabowo sudah seharusnya berhenti mengasuh menteri-menteri “Geng Solo”.

Menurut dia, tidak bisa ada loyalitas ganda, apalagi “matahari kembar” dalam pemerintahan.

Isu matahari kembar sempat mencuat beberapa waktu lalu. Dua matahari itu dikaitkan dengan sosok Prabowo dan Jokowi.

Kemudian, Pangi menyebut korban-korban tewas bermunculan dalam demonstrasi belakangan karena Prabowo tidak mengendalikan penuh intelijen dan polisi.

“Kekacauan hari ini adalah kondisi bagaimana negara dibuat tidak kuat. Jadi, menurut saya memang harus diselesaikan,” kata Pangi dalam program Rakyat Bersuara di salah satu stasiun TV nasional, Selasa malam, (2/9/2025).

Lalu, pengamat asal Sumatra Barat itu menyinggung pernyataan-pernyataan nyeleneh dan kontroversial dari para menteri Geng Solo.

Salah satu menteri berkata seseorang akan lebih cepat meninggal jika memiliki ukuran pinggang tertentu.

“Terus ada yang bilang pendapatan Rp15 juta ke atas itu lebih pintar dan lebih sehat. Ngomong menterinya kayak begitu,” ujar Pangi.

“Ada tanah yang nganggur akan disita negara. Ada menteri yang unik lagi, Menteri Dalam Negeri, akhirnya ribut pulau ini dengan pulau ini. Hampir kedaulatan negara hancur.”

https://www.facebook.com/share/r/17HPkcyGsz

“Ada izin tambang tiba-tiba harus dicabut, di Raja Ampat. Padahal, Indonesia timur ini indah sedunia. Tambang kemudian dikeruk untuk sumber daya alam kita.”

Dia juga menyinggung menteri yang menaikkan tunjangan pejabat. Menteri itu, menurut Pangi, tidak peka terhadap rakyat. Dia mengklaim rakyat Indonesia saat ini benar-benar tersiksa dan tersakiti.

Lalu, Pangi meminta Prabowo berhati-hati karena tidak ada kesetiaan ganda. Di samping itu, dia meminta Prabowo tidak menyalahkan rakyat. Prabowo lebih baik menyalahkan pembantunya atau menterinya.

Kata Pangi, kemarahan rakyat saat ini disebabkan oleh menteri-menteri Prabowo dan para anggota DPR yang tunjangannya terus dinaikkan.

Beberapa hari lalu Pangi berkata Prabowo kini berada di titik kritis dan momen historis. (utw)

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement