Ekonomi
BI Siapkan Stablecoin Nasional Berbasis SBN dan Rupiah Digital, Ini Respon TokoCrypto
REPORTASE INDONESIA – Jakarta, Bank Indonesia (BI) tengah menyiapkan penerbitan surat berharga digital berbasis token yang didukung Surat Berharga Negara (SBN) dan dibangun di atas Central Bank Digital Currency (CBDC) rupiah digital.
Langkah ini disebut sebagai versi stablecoin nasional Indonesia, menandai integrasi langsung teknologi blockchain ke dalam sistem moneter resmi negara.
“Kita akan keluarkan bagaimana sekuritas Bank Indonesia, kita ada versi digitalnya, digital rupiah Bank Indonesia dengan underlying SBN, versi stablecoin-nya nasional Indonesia,” ujar Perry saat pembukaan Forum Ekonomi Keuangan Digital Indonesia–Indonesia Fintech Summit and Expo (FEKDI–IFSE) 2025, dikutip Jumat (31/10/2025).
Inisiatif ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia tak hanya berperan sebagai pasar besar pengguna aset kripto, tetapi juga mulai membangun fondasi kebijakan dan infrastruktur digital untuk menopang ekosistem blockchain secara berkelanjutan.
Sebagai informasi, pertumbuhan aktivitas kripto di Tanah Air memang terus meningkat. Laporan State of Crypto 2025 yang dirilis perusahaan modal ventura global a16z mencatat Indonesia termasuk negara dengan pertumbuhan pengguna dompet kripto mobile paling signifikan sejak 2022. Lebih dari separuh aktivitas onchain global kini berasal dari negara berkembang seperti Indonesia, India, dan Nigeria.
Menurut CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, kebijakan BI tersebut menjadi momentum penting menuju kematangan industri kripto nasional.
“Pertumbuhan aktivitas onchain di Indonesia adalah refleksi dari peningkatan literasi digital dan kepercayaan masyarakat terhadap aset kripto,” ujarnya Calvin.
“Kombinasi antara adopsi ritel yang masif dan inovasi kebijakan seperti stablecoin nasional menjadi momentum penting untuk membawa industri ini ke fase yang lebih matang,” tambahnya lagi.
Ia menilai sinergi antara regulator dan pelaku industri akan menjadi kunci agar ekosistem kripto berkembang secara sehat dan transparan.
“Dengan peran aktif Bank Indonesia dan OJK, serta dukungan infrastruktur dari pelaku industri, Indonesia berpeluang menjadi salah satu pusat ekonomi digital berbasis blockchain di Asia Tenggara,” tutur Calvin.
Data Chainalysis Global Crypto Adoption Index 2025 menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-7 dunia dalam adopsi kripto, dan ke-4 untuk aktivitas keuangan terdesentralisasi (DeFi). Sementara Kementerian Perdagangan mencatat jumlah investor aset kripto nasional telah melampaui 18,08 juta pengguna, dengan nilai transaksi kumulatif mencapai Rp360,30 triliun sepanjang 2025.
Calvin menambahkan, penerbitan stablecoin nasional dapat menjadi jembatan antara sistem keuangan tradisional dan ekonomi digital berbasis blockchain.
“Langkah ini akan memperkuat kepercayaan publik terhadap aset digital lokal dan membuka peluang besar bagi inovasi Web3 serta tokenisasi aset di Indonesia,” kata Calvin.
Dengan pertumbuhan pesat aktivitas onchain, dukungan regulator, dan kesiapan industri, Indonesia kini berada di jalur strategis menuju posisi pemain utama dalam ekonomi digital global. (utw)
